Hal yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Ini

Finally, It's 2018! Yeahoooo!
So, this is kinda my first writting on 2018 since the last one on October 2017.

Well, sebagai manusia yang bernafas pasti kita pernah mempunyai fase galau, fase betapa sendunya hidup, fase dimana kita lebih nyaman duduk sendirian sedangkan yang lain joget-joget ceria syalala-syalili.

Dan kali ini I wanna share about a fables story that I read this morning on intisari.grid.id
Kisah ini menurut saya sangat sederhana dan menarik untuk dibahas karena berhubungan sekali dengan pembebasan diri manusia dari kerikil-kerikil kesedihan yang diperumpamakan melalui seekor burung pipit.

Untuk kamu yang sedang mengalami fase-fase tersebut, dan kalian yang merasakan hidup ini berat serta selalu dibayang-bayangi akan masa lalu, patut disimak..

↷↷↷

Kisah Burung Pipit yang Terus Membawa Batu Kesedihannya ke Mana pun Dia Pergi

Di sebuah hutan, hiduplah seekor burung pipit. Ia sangat bahagia hidup di hutan itu.
Semua sudah tersedia mulai dari cacing yang banyak di tanah, danau untuk mandi dan minum, serta pepohonan rimbun untuk membuat sangkar. Segalanya indah di sana.

Suatu ketika, ia mengalami kesedihan. Sedih ini begitu mendalam sehingga ia merasa tak akan bisa melupakannya. Karena itu, ia mengambil satu batu dan menyimpannya. Batu itu selalu ia bawa ke mana pun. Terbang, tidur, mencari makan, batu itu selalu ada.

Hari-hari berlalu dan burung pipit ini pun mengalami kekecewaan yang lain. Ia mengambil lagi batu yang lain untuk menandai kesedihannya itu. Setiap ada peristiwa yang buruk atau menyedihkan, ia akan mengambil batu lagi. Besar kecilnya batu menandakan separah perasaannya terhadap kejadian itu.

Minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu. Makin lama, makin banyak batu yang dibawa oleh burung pipit. Berbagai macam batu ia miliki mulai dari batu kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan sebagainya. Hingga akhirnya datanglah suatu hari ketika ia tidak sanggup terbang lagi. Batu yang ia bawa sudah sangat banyak dan berat. Sekarang, ke mana pun ia pergi, ia hanya bisa berjalan sambil menyeret batu-batu itu. Ia sudah tak kuat lagi menggendongnya dan terbang. Hal ini terjadi selama beberapa saat. Tak lama kemudian, burung pipit ini bahkan sudah tak bisa berjalan. Batu yang ia bawa begitu banyak. Ia bahkan tak sanggup lagi mencari makan atau minum. Ia hanya bisa berdiam diri seharian, memandangi batu-batu penuh kenangan pahit tersebut.

Satu ketika ia sudah tak tahan lagi, burung pipit ini begitu kehausan dan kelaparan, tubuhnya sudah kurus kering. Ia kemudian berkata pada dirinya sendiri, “Baiklah aku buang beberapa batu kecil ini. Ini hanyalah kesedihan-kesedihan yang tak terlalu berarti. Aku harus bisa merelakannya pergi.”
Setelah itu, burung pipit ini membuang batu-batu kecil yang dibawanya. Ia pun bisa mencari makan dan minum lagi sekarang!

Betapa bahagianya burung pipit ini karena tak perlu kelaparan. Namun, ia masih hanya bisa berjalan. Ia tak sanggup bila harus terbang membawa batu-batu besar. Hingga satu ketika, burung pipit ini melihat kawanan burung lain terbang bebas di angkasa.

Tak ada satu pun dari mereka yang membawa batu.

Karena itu, ia berkata lagi pada dirinya sendiri,

“Tidak seharusnya aku membawa batu-batu ini. Aku harus terbang bebas. Biarlah kuikhlaskan dan kulepaskan kenangan-kenangan pahit ini. Aku ingin terbang kembali.”

Burung pipit itu kemudian meninaggalkan semua batu-batu besarnya di tanah.
Ia mengepakkan sayapnya dengan mantap ke langit luas. Kini ia bisa berteriak lagi,

“Aku bebas!”

🐤🐤🐤🐤🐤🐤🐤


"Segalanya indah, sampai kesedihan datang"

Kadang kita merasa sedih karena perbuatan yang telah kita buat atau kadang kita tiba-tiba sedih aja gitu tanpa alasan khusus wkwk. Tapi memang kenyataanya begitu kadang rasa sedih-sedih mini bersemayam di diri saya tanpa alasan jelas, mungkin sedih itu datang karena efek gerimis *eh.

Kayaknya banyak hal menyedihkan yang terjadi di dunia, tapi saya enggak punya alasan khusus. Untuk menghindari konfrontasi langsung, saya mendeklarasikan kita harus banget selalu hepi. Kalau enggak gitu, ya ketawa aja sampai kesedihan hilang.


"Sedih ini begitu mendalam sehingga merasa tak akan bisa melupakannya"

Sadness is a normal response to a wound that's ultimately destined to heal.

Setiap orang pasti mempunyai alasan mengapa kesedihan yang ia punya sulit dilupakan, terkadang kesedihan itu datang bisa  dari luka, kekecewaan, kegagalan atau orang lain hayoo? Dan ini pasti bisa dirasakan oleh kita semua. Tapi saya yakin, luka itu dan sedih itu akan sembuh dan berkurang. Sayangnya, kita enggak pernah tau gimana mengatasinya, bisa memendam, amarah, merubah menjadi berpura-pura hepi atau parahnya bisa berujung pada depresi karena mengurung diri.

Lalu kita harus apa? Sadness is just to tolerate it until it heals, even though we don't know when. Dan seperti burung pipit tersebut, kita gak seharusnya memikirkan hal-hal yang membuat kita sedih. A sad person know that somewhere along the way, we will hold on to hope, we will be happy, how little it may be, we will have it.

Akhir kata..

Apa yang di ciptakan Tuhan pastilah indah. Kemudian ketika itu juga Tuhan menciptakan ketidak indahan. Mungkin, kita akan sedih atau kecewa ketika ketidak indahan itu menghampiri kita. Tapi Tuhan menciptakan segalanya secara adil dan berpasangan bukan? Mengapa? agar kita bisa belajar dari ketidak sempurnaan dan mensyukuri dari yang lebih, hallaaah.

Jakarta, 3:32am




Komentar

Postingan Populer