Catatan Memilukan Tentang Para Remaja Perempuan 43-45



Mereka menjadi para perawan remaja buangan di Pulau Buru, pulau dimana kehidupan jauh dibawah tingkat peradaban dan kebudayaan asal mereka..
Mereka adalah yang dinjanjikan akan disekolahkan oleh Jepang di Tokyo dan Singapura..
Dunia luar tak ada yang tahu tentang mereka..
Tak ada yang memperhatikan nasib mereka..

Begitulah cuplikan teks yang berada di dalam buku karya Sastrawan Legendaris Indonesia yaitu Pramoedya Ananta Toer berjudul "Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer". Buku ini saya temui pertama kali ketika saya sedang mengujungi sebuah Toko Buku dibilangan Gajah Mada, Jakarta Barat. Buku ini adalah yang pertama kalinya saya baca dari karya Pram, begitu sapaannya. Entah kenapa dari sekian banyak buku pak Pram yang bertengger, saya memilih buku ini. Mungkin karena saya selalu menyukai buku-buku yang membahas tentang perempuan dan issue-nya.
                          
Lalu apa yang dikisahkan oleh buku ini?
Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer adalah buku yang mengisahkan tentang perempuan-perempuan remaja negeri ini yang hidupnya jauh dari kata kemerdekaan menentukan pilihan dan mencapai cita-cita. Mereka dijadikan alat penghibur oleh para serdadu Jepang yang mereka sebut ‘Jugun Lanfu’ (Perempuan penghibur. Bekerja secara sukarela, bukan sebagai budak seks) pada zaman kedudukan Jepang di Indonesia tahun 1943-1945.

Kisah ini berawal pada tahun 1942, saat Jepang menjajah Indonesian dan sulitnya hubungan laut dan udara akibat perang Asia Pasifik yang menyebabkan bala tentara Jepang tak lagi bisa mendatangkan wanita penghibur dari Jepang, China dan Korea.  Sebagai gantinya, para gadis Indonesia dikirimkan sebagai penghibur. Karena seluruh lapisan masyarakat hidup dalam kekurangan, kelaparan dan kemiskinan, berawal dari sinilah penipuan terjadi. Pemerintah Balatentara Pendudukan Dai Nippon memberi janji untuk kesempatan belajar pada para pemuda dan pemudi Indonesia ke Tokyo dan Shonanto (Singapura) dan mempersiapkan rakyat Indonesia ke arah kemerdekaan sesuai dengan kehendak Nippon (Jepang), berdali generasi muda dididik untuk bisa mengabdikan diri dalam kemerdekaan. Tetapi janji-janji yang Jepang berikan hanya sebatas melalui desas desus (dari mulut ke mulut) tidak pernah diumumkan secara resmi dalam surat kabar ataupun tercantum dalam Osamu Serei (Lembaran Negara).

Gadis-gadis yang hatinya penuh bisikan cita-cita mulia untuk maju dan berbakti kepada bangsanya dan gadis-gadis yang memiliki keadaan hidup yang mencekik (sehingga mudah masuk perangkap) dan gadis-gadis yang peran orang tua bekerja mengabdi pada Jepang karena takut akan ancaman Jepang pada saat itu dimanfaatkan oleh Jepang. Gadis-gadis remaja tersebut antara umur 13-17 tahun, mereka dijemput lalu diangkut dengan menggunakan kapal laut meninggalkan Jawa, kampung halamanya dan keluarganya untuk menempuh jarak yang cukup jauh dan melakukan pelayaran yang berbahaya.

Mereka dibawa disuatu tempat atau daerah di luar jawa sampai diluar wilayah Indonesia salah satunya di Pulau Buru, tempat dimana menjadi buangan perang.

di akhir buku Pram menulis pesan.

“.... Kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu... Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, seringkalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat...” – Pramoedya Ananta Toer  

Nah, kalau yang masih penasaran sama kelanjutan ceritanya.. Yuk marieee membaca! Karena ketika membaca akan timbul kenikmatan dan sudut pandang tersendiri :) Hahahaha

Oh iya, buku ini tebalnya 248 halaman, cetakan ke delapan tahun 2015 oleh Kepustakaan Populer Gramedia gengs.



ini cover bukunya (wqwq cameranya cui difoto jam 3 pagi maklumin yak)
 

Komentar

Postingan Populer